Spesifikasi pembebanan yang membahas masalah beban dan aksi-aksi lainnya yang akan digunakan dalam perencanaan jembatan jalan raya termasuk jembatan pejalan kaki dan bangunan-bangunan sekunder yang terkait dengan jembatan adalah Pembebanan untuk Jembatan (RSNI T-02-2005) yang merupakan revisi dari SNI 03-1725-1989 (Tata Cara Pembebanan Jembatan Jalan Raya).
Untuk merencanakan suatu jembatan dapat secara umum dibagi atas dua macam beban yaitu :
1. Beban Primer :
Beban primer adalah beban utama dalam perhitungan tegangan untuk setiap perencanaan jembatan, mencakup beban mati, beban hidup dan beban kejut.
Beban mati adalah semua muatan yang berasal dari berat sendiri jembatan atau bagian jembatan yang ditinjau, termasuk segala unsur tambahan tetap yang dianggap merupakan satu satuan dengan jembatan (Sumantri, 1989:63).
Untuk bahan-bahan yang belum tersebut di atas, harus diperhitungkan berat isi yang sesungguhnya. Contoh beban mati pada jembatan : berat beton, berat aspal, berat baja, berat pasangan bata, berat plesteran, dll.
Beban Hidup adalah bebanyang berasal dari berat kendaraan-kendaraan bergerak dan/atau pejalan kaki yang sianggap bekerja pada jembatan. Beban hidup pada jembatan yang harus ditinjau dinyatakan dalam dua macam, yaitu T dan D.
Beban Kejut : Menurut Anonim (1987:10) beban kejut diperhitungkan pengaruh getaran-getaran dari pengaruh dinamis lainnya, tegangan-tegangan akibat beban garis(P) harus dikalikan dengan koefisien kejut. Sedangkan bebanterbagi rata (q)dan beban terpusat (T) tidak dikalikan dengan koefisien kejut.
2. Beban sekunder :
Beban sekunder adalah beban sementara yang mengakibatkan tegangan – tegangan yang relatif kecil daripada tegangan akibat beban primer dan biasanya tergantung dari bentang, bahan, sistem kontruksi, tipe jembatan dan keadaan setempat, mencangkup beban angin, gaya rem, gaya rangkak dan susut dan gaya akibat perbedaan suhu.
Contoh perhitungan gaya akibat angin