WEBSITE SEDANG DIKEMBANGKAN

Showing posts with label Metode Pelaksanaan. Show all posts
Showing posts with label Metode Pelaksanaan. Show all posts

Pekerjaan Dewatering dan Metodenya



Pekerjaan galian untuk basement, seringkali terganggu oleh adanya air tanah. Oleh karena itu, sebelum galian tanah untuk basement dimulai sudah harus dipersiapkan pekerjaan pengeringan (dewatering) agar air tanah yang ada tidak mengganggu proses pelaksanaan basement. Masalah galian dalam lebih kritis bila kondisi tanah merupakan tanah lunak atau pasir lepas dalam kondisi muka air tanah yang tinggi.

Sesungguhnya masalah dewatering dapat diartikan dalam 2 tinjauan. Yang pertama adalah pengeringan lapangan kerja dari air permukaan (misalnya air hujan atau air banjir yang masuk area galian). Yang kedua adalah karena peristiwa rembesan yang mengakibatkan air berkumpul di area galian dan mengganggu pekerjaan.



Metode dewatering yang dipilih tergantung beberapa faktor, antara lain :
  • Debit rembesan air
  • Jenis tanah
  • Kondisi lingkungan sekitarnya
  • Sifat tanah 
  • Air tanah 
  • Ukuran dan dalam galian 
  • Daya dukung tanah 
  • Kedalam dan tipe pondasi 
  • Design dan fungsi dari struktur 
  • Rencana pekerjaan


Tujuan dari dewatering adalah :

  1. Menjaga agar dasar galian tetap kering. Untuk mencapai tujuan tersebut biasanya air tanah diturunkan elevasinya 0,5 – 1 m dibawah dasar galian
  2. Mencegah erosi buluh. Pada galian tanah pasir (terutama pasir halus dibawah muka air tanah) rembesan air kedalam galian dapat mengakibatkan tergerusnya tanah pasir akibat aliran air 
  3. Mencegah resiko sand boil. Pada saat dilaksanakan galian, maka perbedaan elevasi air didalam dan diluar galian semakin tinggi
  4. Mencegah resiko terjadinya kegagalan upheave. Bila tekanan air dibawah lapisan tanah lebih besar daripada berat lapisan tanah tersebut maka lapisan tanah tersebut dapat terangkat atau mangalami failure
  5. Mencaga gaya uplift terhadap bangunan sebelum mencapai bobot tertentu. Pada bangunan-bangunan yang memiliki basement, maka pada saat bobot bangunan masih lebih kecil daripada gaya uplift dari tekanan air, dewatering harus tetap dijalankan hingga bobot mati dari bangunan melebihi gaya uplift tersebut.
  6. Mencegah rembesan 
  7. Memperbaiki kestabilan tanah 
  8. Mencegah pengembungan tanah 
  9. Memperbaiki karakteristik dan kompaksi tanah terutama dasar 
  10. Pengeringan lubang galian 
  11. Mengurangi tekanan lateral



Untung rugi dilakukan dewatering

Keuntungan :
  • Muka air tanah turun 
  • Longsor kurang 
  • Lereng lebih curam 
  • Tekan tanah berkurang 
Kerugian :
  • Mata air sekeliling turun 
  • Permukaan tanah turun

Metode Dewatering

Ada 3 metode dewatering yang dapat dipilih , yaitu :

1. Open pumping



Metode ini masih dianggap sebagai teknik yang umum diterima dimana kolektor digunakan untuk mengumpulkan air permukaan (khususnya air hujan) dan rembesan dari tepi galian. Tentu saja posisi kolektor akan mengikuti terus elevasi galian. Fungsi kolektor adalah untuk membuang air keluar galian.

Metode open pumping dipilih bila :
  • Karakteristik dari tanah merupakan tanah padat, bergradasi baik dan berkohesi
  • Debit rembesan air tidak besar
  • Sumur / selokan untuk pemompaan tidak mengganggu atau merugikan pada tanah / bangunan yang akan dilaksanakan

2. Predrainage



Prinsip metode predrainage adalah menurunkan muka air terlebih dahulu sebelum pekerjaan galian dimulai. Metode predrainage dipilih, bila :
  • Karakteristik dari tanah merupakan tanah lepas, berbutir seragam, cadas lunak dengan banyak celah
  • Debit rembesan cukup besar dan tersedia saluran pembuangan air
  • Slope tanah sensitif terhadap erosi atau mudah terjadi rotary slide
  • Tidak mempunyai efek mengganggu bangunan disekitarnya.
Ada 2 sistem predrainage, yaitu :
  1. Single Stage Predrainage
  2. Multi Stage Predrainage
Ada 2 jenis metode dewatering predrainage, yaitu :
  1. Well Points
  2. Pompa Dalam (Submersible Pump)

3. Cut Off



Prinsip metode cut off adalah memotong aliran bidang air tanah melalui cara mengurung daerah galian dengan dinding. Metode ini perlu memperhitungkan dalamnya “D” tertentu agar tidak terjadi rembesan air masuk ke dalam daerah galian.

Dinding cut off dapat menggunakan :
  • Stell sheet pile (tidak dipakai sebagai struktur dinding permanen)
  • Concrete diaphragma wall (sebagai struktur dinding permanen)
  • Concrete secant pile (dapat dipakai sebagai dinding permanen)
Metode cut off dipilih, bila :
  • Kondisi sama dengan pemilihan predrainage
  • Dinding cut off difungsikan juga sebagai penahan tanah atau sebagai dinding basement
  • Penurunan MAT akan mengganggu / merugikan lingkungan sekitarnya
Read more...

Sistem Sumur Titik atau Wellpoint Adalah?



Pada pembangunan gedung bertingkat saat ini sering dibuat basement dengan berbagai alasan diantaranya menambah ruang dan alasan lain seperti bila dijumpai tanah lembek.Untuk melaksanakan pekerjaan basement maka penggalian tidak dapat dihindarkan dan bilamana muka air tanah cukup tinggi serta pada lapis yang tembus air, maka pemompaan harus dilakukan sebagai upaya untuk pengeringan lahan agar memungkinkan pelaksanaan konstruksi.Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengatasi situasi ini ialah dengan menggunakan metode pengatusan dengan pemompaan yang dilakukan dengan sumur titik (well point system).



Wellpoints adalah sumur yang dasarnya dangkal, yang menawarkan metode ekonomi dan serbaguna dalam pengendalian air tanah. Sistem Wellpoint merupakan salah satu yang paling serbaguna dari metode pra-drainase yang dapat memompa beberapa galon air per menit. Proyek Dewatering menawarkan pekerjaan wellpoints yang memiliki keunggulan yang dikerjakan dengan relatif cepat dalam kondisi tanah apapun, dengan peralatan yang sama digunakan untuk proyek skala besar & kecil. 



Wellpoints terdiri dari tabung berdiameter kecil dengan slot di dekat bagian bawah yang dimasukkan ke dalam tanah dari mana air yang ditarik oleh sebuah vakum yang dihasilkan oleh pompa dewatering. Wellpoints biasanya dipasang di bagian pusat dalam garis sepanjang atau di sekitar tepi penggalian. Sebagaimana vakum yang terbatas, ketinggian air yang dapat ditarik adalah terbatas pada sekitar 6 meter.



Untuk bekerja di kedalaman lebih jauh, Wellpoints dapat diinstal secara bertahap, dengan yang pertama mengurangi tingkat air hingga lima meter, dan tahap kedua, dipasang di tingkat yang lebih rendah, menurunkan lebih lanjut. Umumnya wellpoints dianggap 'sekali pakai' yang terdiri dari dua elemen penting, wellpoints & pipa permukaan.



Wellpoints diinstal baik menggunakan metode 'pengaliran' konvensional, dimana memompa air pada tekanan tinggi (dipasok oleh pompa pengaliran & / atau tekanan udara ) melalui tabung baja yang ditempatkan secara seksama, ditangguhkan oleh ekskavator. Wellpoints dapat diinstal dengan menggunakan rig bor berongga kecil-putar atau batang. Pengeboran juga memiliki keuntungan dari waktu instalasi yang cepat dan dalam proyek-proyek air tanah di mana polutan tidak dapat hilang.



Biasanya lubang di setiap WellPoint ditempatkan dalam urutan 100mm dengan diameter 150mm. Jarak dan kedalaman dari lubang tergantung pada kondisi tanah dan persyaratan penarikan, tetapi biasanya adalah antara 1.0m dan 3.0m. Setelah terinstal, wellpoints individu digabungkan oleh suatu kontrol untuk  vakum header horisontal (kolektor) utama. Header utama pada gilirannya dihubungkan ke pompa vakum 100mm/150mm sentrifugal atau piston yang biasanya dapat menangani antara 25 sampai 60 wellpoints per pompa. Tanah yang dihasilkan ini kemudian dipompa sepanjang pipa untuk dibuang melalui tangki penyelesaian V-notch ke titik yang cocok.




Read more...

Metode Pelaksanaan Pekerjaan Marking Pada Konstruksi Gedung



Marking adalah salah satu item pekerjaan surveyor di lapangan yang seringkali dibutuhkan pada setiap pekerjaan struktur dan arsitektur, sebagai panduan dil apangan untuk memulai pekerjaan yaitu memplot gambar dan ukuran pasangan dinding unit dan gambar kerja ke lantai kerja. Dimaksimalkan agar setiap pekerjaan atau pemasangan sesuai dengan gambar kerja. Dalam bentuk desain, ukuran, penempatan ruang secara presisi bisa dicapai.

Peralatan Marking

  • Theodolit / waterpass 
  • Rambu 
  • Unting – unting 
  • Alat Tulis

Theodolite

Rambu

Langkah Kerja


  1. Siapkan kebersihan area lantai kerja dari debu, sampah dan air, usahakan agar tetap kering agar tinta sipatan bisa menempel sempurna di lantai dan tidak mudah hilang.
  2. Sebar As grid gedung dari silang koordinat central line di empat sudut gedung. Biasanya ditiap lantai telah disediakan saat pekerjaan struktur berupa sparing ukuran 20 cm x 20 cm untuk keperluan pemindahan as dari lantai ke lantai agar vertikality tetap terjaga. Langkah ini menggunakan theodolith. Tempatkan pula di as grid di kolom/shear wall. (Penentuan gridline disaksikan oleh direksi) 
  3. Setelah as grid tersebar dilantai barulah marking pasangan dinding unit dikerjakan, sebagai alatnya digunakan sipatan tinta dasar warna hitam. Garis sipatan dibuat untuk posisi pasangan Light break / plester / finísh dan pinjaman garis untuk mempermudah proses pengkuran selanjutnya juga garis  markingan dibuat didinding existing untuk menjaga vertikality saat pemasangan.
  4. Marking dimulai dari pembatas unit selanjutnya toilet dan ruangan lainnya.
  5. Secara teknis ukuran ruang diasumsikan dari as dinding untuk meminimalkan resiko kesalahan yang diakibatkan kekeliruan menghitung jarak ukuran sehingga berpengaruh pada space ruang tidak sesuai dengan gambar rencana.
Penentuan center line dinding

Penentuan dengan waterpass

Penentuan as opening pintu

Penentuan elevasi finish lantai


Langkah Akhir


  1. Setelah selesai dimarking pengecekan ulang / cross check kembali dilakukan guna meminimalisir kesalahan yang selalu ada selama proses pengukuran. Review pekerjaan tidak semata dilakukan survey tapi tetapi dibantu  oleh supervisor dan disaksikan oleh direksi.
  2. Beri identitas pada sipatan dengan spidol atau pilox agar setiap orang / tukang bisa mengerti, penandaan mencakup  central line pasangan dinding, kolom praktis, pinjaman dan elevasi. 



Read more...

Bekisting Atau Formwork Dan Jenisnya

Bekisting atau formwork adalah suatu konstruksi pembantu yang bersifat sementara yang merupakan cetakan / mal ( beserta pelengkapnya pada bagian samping dan bawah dari suatu konstruksi beton yang dikehendaki. Bekisting adalah cetakan sementara yang digunakan untuk menahan beton selama beton dituang dan dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan (Stephens, 1985)

Acuan (bekisting) adalah suatu sarana pembantu struktur beton untuk pencetak beton sesuai dengan ukuran, bentuk, rupa ataupun posisi yang direncanakan. Karena bersifat sementara, bekisting akan dilepas atau dibongkar setelah beton mencapai kekuatan yang cukup.




Acuan sendiri memiliki arti bagian dari konstruksi bekisting yang berfungsi sebagai pembentuk beton yang diinginkan atau bagian yang kontak langsung dengan beton. Perancah memiliki arti sebagai bagian dari konstruksi bekisting yang berfungsi menahan beban–beban yang ada di atasnya yang bekerja pada saat pengecoran, baik beban vertikal maupun beban horizontal.

Pada konstruksi bekisting, harus memungkinkan untuk dapat melakukan :
  • Pemasangan tulangan (menahan beban tulangan)
  • Pengecoran sekaligus pemadatan adukan
  • Pelepasan formwork (acuan) sehingga beton tidak rusak.



Jenis - Jenis Bekisting

1. Bekisting Tradisional


Bekisting ini dibuat dari kayu dan triplek (plywood) atau papan yang tahan akan kelembaban. Sangat mudah untuk diproduksi tetapi memakan waktu untuk struktur yang lebih besar, dan triplek yang digunakan memiliki umur yang relatif singkat. Hal ini masih digunakan secara luas di mana biaya tenaga kerja lebih rendah daripada biaya untuk pengadaan bekisting yang dapat digunakan kembali (reusable). Ini juga merupakan jenis bekisting yang paling fleksibel, karena dapat diterapkan pada bentuk konstruksi yang rumit.


2. Sistem Bekisting Rekayasa (Engineering). 


Bekisting ini dibangun dari modul prefabrikasi dengan bingkai logam (biasanya baja atau aluminium) dan ditutup pada aplikasi (beton). Dua keuntungan utama dari sistem bekisting, dibandingkan dengan bekisting kayu tradisional, adalah kecepatan konstruksi ( pin dengan sistem modular, klip, atau sekrup ) dan menurunkan biaya penggunaan kembali (perkuatan, frame hampir tidak bisa dihancurkan, sementara jika terbuat dari kayu, mungkin harus diganti setelah beberapa - atau beberapa lusin penggunaan, tetapi jika penutup tersebut dibuat dengan baja atau aluminium, penggunaan dapat mencapai hingga dua ribu penggunaan tergantung pada perawatan dan aplikasi). 

3. Bekisting Plastik Guna Kembali (Reusable).  


Sistem ini saling terkait dan berbentuk modular. Digunakan untuk membangun banyak macam bentuk truktur beton yang relatif sederhana. Panelnya ringan dan sangat kuat. Jenis ini cocok untuk konstruksi berbiaya rendah, dan skema perumahan massal.

4. Bekisting Permanen Terisolasi (Insulated).  


Bekisting ini dirakit di tempat, biasanya untuk isolasi bentuk beton / insulating concrete forms (ICF). Bekisting tetap di tempat setelah beton telah diawetkan (cured), dan dapat memberikan keuntungan dalam hal kecepatan, kekuatan, isolasi termal dan akustik yang superior, ruang untuk menjalankan utilitas dalam lapisan EPS, dan jalur terintegrasi untuk pemasangan cladding.

5. Sistem Bekisting Struktural Stay-In-Place .  


Bekisting ini dirakit di tempat, biasanya keluar dari prefabrikasi dengan diperkuat serat berbahan plastik. Ini tersedia dalam bentuk tabung berongga, dan biasanya digunakan untuk kolom dan dermaga. Bekisting tetap di tempat setelah beton telah awet (cured) dan bertindak sebagai penguat aksial dan geser, serta melayani untuk membatasi beton dan mencegah terhadap dampak lingkungan, seperti korosi dan siklus beku.


Persyaratan Pekerjaan Bekisting / Perancah 

Persyaratan harus memenuhi aspek bisnis dan teknologi seperti kekuatan (strength) dan kemampuan untuk dikerjakan (workability) karena itu harus memenuhi syarat: 

  • Ekonomis
  • Kokoh dan kuat
  • Mudah dipasang dan dibongkar
  • Tidak bocor memenuhi persyaratan permukaan
  • Mampu menahan gaya horizontal 

Persyaratan Khusus bekisting : 

  • Kualitas : Bentuk dan ukuran sesuai dengan rencana yang di buat dan diinginkan, posisi dan bentuk acuan sesuai dengan rencana, hasil akhir permukaan beton rata/ tidak kropos 
  • Keamanan : harus stabil pada posisinya, kokoh yaitu harus mampu menahan beban-beban khususnya vertical/horizontal, kekakuan yaitu harus mampu menahan beban horizontal sehingga tidak bergeser dari posisi seberanya. 
  • Ekonomis :  Mudah di kerjakan, tidak membutuhkan banyak tenaga kerja, mudah dipasang sehingga menghemat waktu, mudah dibongkar agar bahan bisa digunakan kembali, mudah disimpan 

Read more...

Pekerjaan Grouting Atau Sementasi



Grouting adalah suatu proses, dimana suatu cairan campuran antara semen dan air diinjeksikan dengan tekanan ke dalam rongga, pori, rekahan dan retakan batuan yang selanjutnya cairan tersebut dalam waktu tertentu akan menjadi padat secara fisika maupun kimiawi. pekerjaan grouting merupakan salah satu cara dalam perbaikan pondasi (foundation treatment) pada bendungan air terutama bendungan.

Selain itu grouting juga metode untuk mengisi rongga struktur beton yang kropos dan penambahan coran akibat pengecoran tidak sempurna, Mortar fillet ( Pinggulan sudut ) untuk pondasi mesin, sebagai dudukan mesin ,dudukan bearing pondasi jembatan, pembuatan beton pra cetak, penutup retak yang besar, tentunya semen Grouting siap pakai yang mempunyai karakteristik tidak susut dan dapat mengalir sangat baik, memenuhi persyaratan standar corps of engineering CDR C-621 dan ASTM C-1107

Grouting pada celah ubin/tile


Teknologi grouting bukanlah barang baru, grouting sudah ada sejak tahun 1800-an dan bahkan sebelumnya. Grouting awalnya hanya digunakan untuk mengontrol aliran air, tetapi sekarang telah meluas dan aplikasinya tidak terbatas, diantaranya adalah digunakan untuk:

  • Mengurangi aliran atau rembesan air
  • Meningkatkan daya dukung tanah/batuan
  • Pemadatan (mengisi rongga dan celah/rekahan pada tanah/batuan), dan 
  • Memperbaiki kerusakan struktur.

Menurut James Warner (2005), tipe – tipe sementasi (grouting) berdasarkan tujuannya dapat dibedakan menjadi enam (6) jenis, yaitu:
  1. Sementasi penembusan (permeation grouting)
  2. Sementasi pemadatan (compaction grouting)
  3. Sementasi rekahan (fracture/claquage grouting)
  4. Sementasi campuran/jet (mixing/jet grouting)
  5. Sementasi isi (fill grouting) dan 
  6. Sementasi vakum (vacuum grouting)
Sedangkan menurut Soedibyo (1993), tipe sementasi (grouting) berdasarkan bahan yang digunakan ada 3 tipe, yaitu:
  1. Injeksi bahan kimia
  2. Injeksi sistem Soletanche dan 
  3. Injeksi dengan semen.

 

Campuran Grouting (Bahan Grout)

Bahan grouting yang digunakan dalam pekerjaan grouting dapat berupa material suspense dan atau kimiawi. Material suspensi yang umum dipakai adalah semen dan bila perlu dipakai bahan tambahan berupa bentonit atau bahan sejenis. Air sebagai bahan cairan yang dipakai sebagai pencampur semen, harus bebas dari kandungan lumpur, bahan organik dan unsur lain yang dapat mengakibatkan penurunan kualitas campuran. Sedangkan bahan semen yang digunakan adalah Portland Cement (PC), tipe I yang tidak mengandung bahan lain dan memenuhi syarat yang ditentukan dalam SII - 3 - 1981.

Perbandingan bahan grout untuk cement milk, ditentukan berdasarkan tujuan dari grouting tersebut dan kondisi batuan yang juga akan berubah menurut besarnya penyerapan grouting. Perbandingan campuran semen yang sering dipakai untuk pekerjaan grouting ini adalah C : W = 1 : 10 sampai 1 : 1. Untuk retakan yang relatif besar dipakai C : B= 1 : 0,5, dan bahkan kadang - kadang dipakai mortar (campuran semen dan pasir).

Pada umumnya proporsi campuran dimulai dari C : W = 1 : 10 atau 1 : 8. Apabila grouting memperlihatkan penyerapan grout yang lebih besar dari 30 liter per menit dan berlangsung selama 20 menit maka campuran dikentalkan secara berangsur. Namun sebaliknya apabila tekanan ijneksi naik tiba - tiba atau jumlah volume grout masuk turun sangat banyak maka campuran diubah menjadi lebih encer.


Grouting Semen


Grouting semen adalah grouting semen yang merupakan campuran antara air dan semen dengan perbandingan C : W = 1 : 10 sampai 1 : 1. Perubahan dari campuran semen dan air ini sangat tergantung kepada permeabilitas batuan dan kondisi batuannya sendiri.

Pada grouting semen ini kadang kala dilakukan tambahan bahan grout berupa tanah lempung atau pasir halus yang dilakukan sesuai dengan kondisi batuan yang menempati lokasi rencana bendungan (apabila membangun bendungan). Informasi sifat fisik dan teknik dari tanah / batuan mempunyai arti yang sangat penting yang perlu diketahui terutama bila grouting akan dipertimbangkan sebagai bagian dari perbaikan pondasi bendungan atau dari penggalian terowongan.

Penentuan permeabilitas dan porositas tanah akan dapat membantu dimana permeabilitas akan mengontrol kemampuan grouting dan jenis bahan grout yang akan digunakan. Sedangkan porositas tanah menentukan jumlah bahan grout yang diperlukan dan hal ini akan berkaitan dengan besarnya biaya pekerjaan.


pekerjaan grouting pada sandaran / pondasi bendungan


Grouting Kimia






Secara umum grouting semen tidak dapat dilakukan pada tanah dengan koefisien permeabilitas lebih kecil dari 0,1 cm/detik (10^-1 cm/detik) dan grouting lempung tidak bisa dilakukan pada tanah dengan k < 0,01 cm/detik (10^-2 cm/detik) dan bahan groutnya berupa campuran semen dan air.

Grouting kimia adalah grouting yang dilakukan dengan campuran bahan kimia dan air atau cairan bahan kimia dengan bahan kimia lainnya. Grouting kimia ini umumnya digunakan untuk mengisi retakan yang halus atau butiran batuan yang halus yang dimaksudkan untuk memperkecil koefisien permeabilitas dan meningkatkan kuat tekan dari batuan atau bagian bangunan yang di grout. 


Pada tanah dengan k > 0,01 cm/detik (10^-2 cm/detik) cairan grout harus mempunyai viskositas sebesar 10 centipois atau lebih tanpa kesulitan, kecuali grouting ini dilakukan dekat permukaan dengan tekanan grout yang digunakan rendah. Grouting kimia dapat dilakukan pada tanah dengan k sampai 0,00001 cm/detik (10^-5 cm/detik) dan hasilnya cukup memuaskan (Federal Highway Administration,1976).

Secara umum grouting kimia ini dikenal beberapa sistem yaitu :
  1. Sistem silikat, sistem ini menggrouting lapisan pasir dengan larutan natrium silikat yang mempunyai koefisien permeabilitasnya lebih kurang 5 x 10-4 cm/detik atau lebih besar. Grouting dengan bahan grout dari silikat ini dapat melakukan penetrasi pada tanah pasir halus dengan ukuran butirnya berkisar antara 100 - 70 mikron dan pasir yang mempunyai permeabilitas lebih kecil dari 10-4 cm/detik.
  2. Sistem acrylamide, sistem ini dapat dilakukan pada tanah dengankoefisien permeabilitas dari 10-5cm/detik atau lebih besar. Acrylamide ini viskositasnya berkisar antara 1,50 centipois atau sama dengan viskositas air sehingga acrylamide ini mudah dipenetrasikan ke dalam lapisan pasir halus. Untuk lebih baiknya dalam memanfaatkan acrylamide ini sebaiknya larutan acrylamideini mempunyai pH antara 7 - 11. Cairan acrylamide ini beracun dan dapat menembus kulit.
  3. Bahan grout kimia lainnya adalah berupa Lignochromes, Resin, Foams dan Isosyanate tetapi cairan ini sangat beracun.


Perbandingan Metoda Stabilisasi Tanah Dengan Grouting Dan Kemampuan Penetrasi Relatif Bahan Kimia
 Urutan Pekerjaan Grouting


Pemeriksaan hasil grouting:

  1. Pemeriksaan hasil grouting dilakukan dengan membuat check hole pada titik yang dipilih dan biasanya di bor miring agar mewakili zona grouting 
  2.  Pengambilan contoh inti (core sampling) untuk melihat secara visual efektivitas penetrasi groutingdan dapat diperiksa dengan membubuhkan phenolptalein0.1 n.
  3. Pengujian permeabilitas setelah grouting dengan water pressure testatau lugeon test. Tekanan diatur seperti uji permeabilitas secara naik dan turun, yaitu bervariasi 1-3-5-7-10-7-5-3-1 kg/cm2, tergantung kondisi batuan.
  4. Setelah selesai check hole diisi dengan campuran bahan grouting yang kental 1:1 atau 1:0.5 hingga jenuh. 

 Peralatan Grouting
1. Mesin bor         
Dipakai untuk pembuatan lubang grout, dengan diameter antara  46 – 76 mm. jenisnya bor putar (rotary type drill).
2. Perkakas grouting 
Meliputi packer, stang grouting, by pass, manometer, keran pengatur tekanan, pipa pemasukan dan pengembali dan pengukur debit. 
3. Grout mixer dan agitator 
Untuk mencampur bahan groutsesuai dengan perbandingan yang ditentukan, kemudian dialirkan kedalam agitator sebagai tempat grout siap untuk diambil oleh pompa. 
4. Pompa grout 
Umtuk memompakan groutyang tersimpan di agitator ke lubang grout melalui unit peralatan grouting.

Read more...

 

TeknikSipil.NET Copyright © 2018