WEBSITE SEDANG DIKEMBANGKAN

Showing posts with label Konstruksi Jalan Raya. Show all posts
Showing posts with label Konstruksi Jalan Raya. Show all posts

Klasifikasi Jalan Menurut Fungsi

Klasifikasi berdasarkan fungsi, jalan raya diklasifikasikan ke dalam dua sistem jaringan jalan, antara lain :

Sistem jaringan jalan primer

Sistem jaringan jalan primer adalah jalan yang menghubungkan simpulsimpul jasa distribusi dalam struktur pengembangan wilayah. Sistem jaringan jalan primer dibagi menjadi tiga yaitu:

a. Jalan arteri primer
Menghubungkan kota jenjang kesatu, yang terletak berdampingan, atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kedua.
Adapun ciri jalan arteri primer adalah sebagai berikut :
  • Didesain paling rendah dengan kecepatan 60 km/jam.
  • Lebar badan jalan tidak kurang dari 8 meter.
  • Kapasitas lebih besar dari pada volume lalulintas rata-rata.
  • Lalulintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalulintas ulang alik, lalulintas lokal dan kegiatan lokal.
  • Jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi secara efisien sehingga kecepatan 60 km/jam dan kpasitas besar tetap terpenuhi.
  • Persimpangan pada jalan arteri primer harus dapat memenuhi ketentuan kecepatan dan volume lalulintas.

b. Jalan kolektor primer
Menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang keuda, atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang ketiga, atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga. 
Adapun ciri jalan kolektor primer adalah sebagai berikut :
  • Didesain untuk kecepatan rencana paling rendah 40 km/jam.
  • Lebar badan jalan tidak kurang dari 7 meter.
  • Kapasitas sama atau lebih besar dari volume lalulintas rata-rata.
  • Jumlah jalan masuk dibatasi, dan direncanakan sehingga dapat dipenuhi kecepatan paling rendah 40 km/jam.
  • Jalan kolektor primer tidak terputus walaupun memasuki kota.

c. Jalan lokal primer
Menghubungkan kota jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga, atau menghubungkan kota jenjang ketiga dengan persil. Adapun ciri jalan lokal primer adalah sebagai berikut :
  • Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 km/jam.
  • Lebar badan jalan tidak kurang dari 6 meter.
  • Jalan lokal primer tidak terputus walaupun memasuki desa.

Sistem jaringan jalan sekunder

Ilustrasi: Sistem Jaringan Jalan
Sistem jaringan jalan sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasankawasan fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua, sekunder ketiga dan seterusnya sampai perumahan dalam satu wilayah perkotaan. Sistem jaringan jalan sekunder terbagi menjadi tiga bagian yaitu :
a. Jalan arteri sekunder
Menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu, atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua. Adapun ciri jalan arteri sekunder adalah sebagai berikut :
  • Didesain berdasarkan kecepatan paling rendah 30 km/jam.
  • Kapasitas sama atau lebih besar dari volume lalulintas rata-rata.
  • Lebar badan jalan tidak kurang dari 8 meter.
  • Pada jalan arteri sekunder, lalulintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalulintas lambat.
  • Persimpangan jalan dengan peraturan tertentu harus memenuhi kecepatan tidak kurang dari 30 km/jam.

b. Jalan kolektor sekunder
Menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua, atau menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga. Adapun ciri jalan kolektor sekunder adalah sebagai berikut :
  • Didesain berdasarkan kecepatan paling rendah 20 km/jam.
  • Lebar badan jalan tidak kurang dari 7 meter.

c. Jalan lokal sekunder
Menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan, atau menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan perumahan.
Adapun ciri jalan lokal sekunder adalah sebagai berikut :
  • Didesain berdasarkan kecepatan paling rendah 10 km/jam.
  • Lebar badan jalan tidak kurang dari 5 meter.
  • Dengan kecepatan paling rendah 10 km/jam, bukan diperuntukkan untuk roda tiga atau lebih.
  • Yang tidak diperuntukkan kendaraan roda tiga atau lebih harus mempunyai lebar jalan tidak kurang dari 3,5 meter.

d. Jalan Lingkungan
Jalan Lingkungan adalah merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan
Read more...

E-book SNI Untuk Perencanaan Konstruksi Jalan Raya


Akhirnya dari berbagai sumber, E-book SNI Teknik Sipil Untuk Konstruksi Jalan Raya dapat dikumpulkan satu persatu, berikut berbagai E-book SNI Untuk Perencanaan Konstruksi Jalan Raya serta link yang dapat anda download free alias gratis :

SNI 03-1732-1989 
Tata Cara Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Analisa Metode Komponen
Bidang : Jalan Dan Jembatan, sub bidang : Perkerasan Jalan
Tata Cara ini merupakan dasar dalam menentukan tebal perkerasan lentur yang dibutuhkan untuk suatu jalan raya
Download : SNI 03-1732-1989.pdf

SNI 03-2416-1991 
 Metode Pengujian Lendutan Perkerasan Lentur dengan Alat Benkelman Beam
Bidang : Jalan Dan Jembatan, sub bidang : Perkerasan Jalan
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data lapangan yang akan digunakan dalam penilaian struktur perkerasan, peramalan perwujudan perkerasan, perencanaan teknik perkerasan atau lapis tambahan di atas perkerasan
Download : SNI 03-2416-1991.pdf

SNI 03-2403-1991 
Tata Cara Pemasangan Blok Beton Terkunci untuk Permukaan Jalan
Bidang : Jalan Dan Jembatan, sub bidang : Perkerasan Jalan
Tata cara ini bertujuan untuk menda-patkan hasil lapis perkerasan blok beton terkunci yang memenuhi syarat sebagai lapis perkerasan
Download : SNI 03-2403-1991.pdf

SNI 03-2853-1992 
Tata Cara Pelaksanaan Lapis Pondasi Jalan dengan Batu Pecah
Bidang : Jalan Dan Jembatan, sub bidang : Perkerasan Jalan
Tata cara ini digunakan untuk menda-patkan lapis pondasi jalan menggunakan batu pecah yang
Download : SNI 03-2853-1992.pdf

SNI 03-3425-1994 
Tata Cara Pelaksanaan Lapis Tipis Beton Aspal untuk Jalan Raya
Bidang : Jalan Dan Jembatan, sub bidang : Perkerasan Jalan
Tata cara ini bertujuan menyeragamkan cara pelaksanaan Lataston serta menghemat waktu pelaksanaan dan pemakaian bahan
Download : SNI 03-3425-1994.pdf

SNI 03-3426-1994 
Tata Cara Survai Kerataan Permukaan Perkerasan Jalan dengan Alat Ukur Kerataan NAASRA
Bidang : Jalan Dan Jembatan, sub bidang : Perkerasan Jalan
Tata cara ini digunakan untuk pelaksanaan survai permukaan perkerasan jalan dengan alat ukur NAASRA untuk mendapatkan keseragaman nilai kerataan
Download : SNI 03-3426-1994.pdf

SNI 03-3437-1994 
Tata Cara Pembuatan Rencana Stabilisasi Tanah dengan Kapur untuk Jalan
Bidang : Jalan Dan Jembatan, sub bidang : Perkerasan Jalan
Tata Cara ini digunakan dalam pembuatan rencana komposisi dan mutu stabilisasi tanah dengan kapur sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Download : SNI 03-3437-1994.pdf

SNI 03-3438-1994 
Tata Cara Pembuatan Rencana Stabilisasi Tanah dengan Semen Portland
Bidang : Jalan Dan Jembatan, sub bidang : Perkerasan Jalan
Tata cara ini digunakan dalam pembuatan rencana komposisi dan mutu stabilisasi tanah dengan semen sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Download : SNI 03-3438-1994.pdf

SNI 03-3439-1994 
Tata Cara Pelaksanaan Stabilisasi Tanah dengan kapur untuk Jalan
Bidang : Jalan Dan Jembatan, sub bidang : Perkerasan Jalan
Tata cara ini digunakan untuk mendapatkan hasil pelaksanaan stabilisasi tanah dengan kapur di lapangan yang sesuai dengan perencanaan
Download : SNI 03-3439-1994.pdf

SNI 03-3440-1994 
Tata Cara Pelaksanaan Stabili-sasi Tanah dengan Semen Portland untuk Jalan
Bidang : Jalan Dan Jembatan, sub bidang : Perkerasan Jalan
Tata cara ini digunakan untuk mendapatkan hasil pelaksanaan stabilisasi tanah dengan semen di lapangan yang sesuai dengan perencanaan
Download : SNI 03-3440-1994.pdf

SNI 03-3978-1995 
Tata Cara Pelaksanaan Beton Aspal Campuran Dingin dengan Aspal Emulsi untuk Perkerasan Jalan
Bidang : Jalan Dan Jembatan, sub bidang : Perkerasan Jalan
Tata cara ini digunakan untuk menyeragamkan cara pelaksanaan campuran dingin dengan aspal emulsi agar diperoleh lapis perkerasan yang memenuhi persyaratan dan ketentuan serta dapat menghemat waktu pelaksanaan dan pemakaian bahan
Download : SNI 03-3978-1995.pdf

SNI 03-3979-1995 
Tata Cara Pelaksanaan Laburan Aspal Satu Lapis (Burtu) untuk Permukaan Jalan
Bidang : Jalan Dan Jembatan, sub bidang : Perkerasan Jalan
Tata Cara ini digunakan untuk meyeragamkan pelaksanaan pelapisan perkerasan jalan dengan laburan aspal Satu Lapis agar diperoleh hasil yang memenuhi persyaratan dan ketentuan serta untuk menghemat waktu pelaksanaan dan pemakaian bahan
Download : SNI 03-3979-1995.pdf

SNI 03-3980-1995 
Tata Cara Pelaksanaan Laburan Aspal Dua Lapis (Burda) untuk Permukaan Jalan
Bidang : Jalan Dan Jembatan, sub bidang : Perkerasan Jalan
Tata Cara ini digunakan untuk meyeragam-kan pelaksanaan pelapisan perkerasan jalan dengan laburan aspal Dua Lapis agar diperoleh hasil yang memenuhi persyaratan dan ketentuan serta untuk menghemat waktu pelaksanaan dan pemakaian bahan
Download : SNI 03-3980-1995.pdf

SNI 03-4427-1997 
Cara Uji Kekesatan Permukaan Perkerasan Menggunakan Alat British Pendulum Tester (BPT)
Bidang : Jalan Dan Jembatan, sub bidang : Perkerasan Jalan
Metode ini digunakan untuk memperoleh besaran atau angka kekesatan permukaan perkerasan beraspal atau perkerasan beton semen yang sudah dipadatkan. Standar ini menetapkan prosedur untuk mengukur kekesatan permukaan perkerasan menggunakan alat British Pendulum Skid Resistance Tester (BPT), termasuk prosedur untuk mengkalibrasi alat uji
Download : SNI 03-4427-1997.pdf

SNI 03-4814-1998 
Spesifikasi Bahan Penutup Sambungan Beton Tipe Elastis Tuang Panas
Bidang : Jalan Dan Jembatan, sub bidang : Perkerasan Jalan
Spesifikasi ini digunakan sebagai bahan penutup sambungan beton tipe elastis tuang panas yang digunakan untuk menutup celah sambungan pada jalan beton, jembatan, dan bangunan lainnya
Download : SNI 03-4814-1998.pdf

SNI 03-4815-1998 
Spesifikasi Pengisi Siar Muai Siap Pakai Untuk Perkerasan Dan Bangunan Beton
Bidang : Jalan Dan Jembatan, sub bidang : Perkerasan Jalan
Spesifikasi ini membahas bahan pengisi siap pakai, ukuran dan toleransi, dan sifat fisik
Download : SNI 03-4815-1998.pdf

SNI 03-6748-2002 
Cara Uji Kekesatan Pada Permukaan Perkerasan Menggunakan Alat MU-meter
Bidang : Jalan Dan Jembatan, sub bidang : Perkerasan Jalan
Metode ini meliputi ketentuan teknik peralatan, dan cara pengujian perkerasan jalan beraspal, baik campuran panas atau dingin, dan perkerasan beton semen dalam keadaan basah. Standar ini menetapkan cara pengukuran kekesatan (the side force friction) permukaan perkerasan menggunakan alat yang biasanya disebut Mu-meter
Download : SNI 03-6748-2002.pdf

SNI 03-6751-2002 
Spesifikasi Bahan Lapis Penetrasi Makadam
Bidang : Jalan Dan Jembatan, sub bidang : Perkerasan Jalan
Spesifikasi ini digunakan dalam menilai mutu aspal dan mutu agregat yang akan digunakan yang bertujuan untuk menjamin keseragaman kekuatan dan keawetan lapis penetrasi makadam
Download : SNI 03-6751-2002.pdf

SNI 03-6752-2002 
Metode Pengujian Kadar Air Dan Kadar Fraksi Ringan Dalam Campuran Perkerasan Beraspal.
Bidang : Jalan Dan Jembatan, sub bidang : Perkerasan Jalan
Metode ini membahas ketentuan persiapan dan tata cara pengujian kadar air dan kadar fraksi ringan dalam campuran perkerasan beraspal
Download : SNI 03-6752-2002.pdf

SNI 03-6753-2002 
Cara Uji Ketahanan Campuran Beraspal Terhadap Kerusakan Akibat Rendaman
Bidang : Jalan Dan Jembatan, sub bidang : Perkerasan Jalan
Metode ini berisi cara pengukuran penurunan kuat tekan yang disebabkan oleh penurunan kohesi karena pengaruh air pada campuran beraspal yang telah dipadatkan
Download : SNI 03-6753-2002.pdf

SNI 03-6754-2002 
Metode Pengujian Rongga Udara Dalam Campuran Perkerasan Beraspal Gradasi Rapat Dan Terbuka Yang Dipadatkan
Bidang : Jalan Dan Jembatan, sub bidang : Perkerasan Jalan
Metode ini meliputi metode pengukuran penurunan kuat tekan yang disebabkan oleh penurunan kohesi karena pengaruh air pada campuran beraspal yang telah dipadatkan
Download : SNI 03-6754-2002.pdf

SNI 03-6755-2002 
Metode Pengujian Berat Jenis Nyata Campuran Beraspal Yang Dipadatkan Dengan Menggunakan Benda Uji Berlapiskan Parafin
Bidang : Jalan Dan Jembatan, sub bidang : Perkerasan Jalan
Metode ini meliputi penentuan berat jenis nyata campuran beraspal yang dipadatkan dan harus digunakan untuk benda uji yang mempunyai rongga udara terbuka atau saling berhubungan, atau mempunyai penyerapan air lebih dari 2 % terhadap isi. Berat jenis nyata dari campuran beraspal yang dipadatkan mungkin digunakan untuk menghitung satuan berat dari campuran itu
Download : SNI 03-6755-2002.pdf

SNI 03-6756-2002
Metode Pengujian untuk Menentukan Tingkat Kepadatan Perkerasan Beraspal
Bidang : Jalan Dan Jembatan, sub bidang : Perkerasan Jalan
Metode pengujian ini untuk menentukan tingkat kepadatan perkerasan beraspal yang dibandingkan terhadap benda uji standar dari material yang sama dan berada dalam toleransi perencanaan campuran
Download : SNI 03-6756-2002.pdf

SNI 03-6757-2002 
Metode Pengujian Berat Jenis Nyata Campuran Beraspal di Padatkan Menggunakan Benda Uji Kering Permukaan Jenuh
Bidang : Jalan Dan Jembatan, sub bidang : Perkerasan Jalan
Metode pengujian ini meliputi penentuan berat jenis nyata campuran beraspal dipadatkan, prosedur dan untuk digunakan dalam menghitung berat volume campuran
Download : SNI 03-6757-2002.pdf

SNI 03-6758-2002
Metode Pengujian Kuat Tekan Campuran Beraspal
Bidang : Jalan Dan Jembatan, sub bidang : Perkerasan Jalan
Metode pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan kuat tekan campuran aspal panas yang digunakan untuk Lapis permukaan dan lapis Pondasi Jalan
Download : SNI 03-6758-2002.pdf

SNI 03-6884-2002 
Metode pengujian analisis saringan bahan pengisi untuk perkerasan jalan
Bidang : Jalan Dan Jembatan, sub bidang : Perkerasan Jalan
Metode ini meliputi ketentuan-ketentuan, cara uji dan laporan hasil uji dari analisis saringan bahan pengisi untuk perkerasan jalan. Lingkup pengujian mencakup : 
1. persiapan benda uji 
2. persiapan peralatan 
3. cara uji
4. pelaporan
Download : SNI 03-6884-2002.pdf
Read more...

Pembebanan Pada Jembatan Jalan Raya


   Peraturan tentang pembebanan jembatan jalan raya di Indonesia telah dikemas dalam peraturan pembebanan jembatan jalan raya tahun 1987 (PPJR 1987). Kemudian 1992 diperbaharui menjadi BMS 1992 yang merupakan hasil kerjasama antara pemerintah Indonesia dengan Australia. Perbedaan antara keduanya yaitu, PPJR 1987 menggunakan konsep tegangan kerja, sedangkan BMS 1992 menggunakan prinsip beban batas, namun BMS 1992 ini merupakan masih suatu konsep.

   Spesifikasi pembebanan yang membahas masalah beban dan aksi-aksi lainnya yang akan digunakan dalam perencanaan jembatan jalan raya termasuk jembatan pejalan kaki dan bangunan-bangunan sekunder yang terkait dengan jembatan adalah Pembebanan untuk Jembatan (RSNI T-02-2005) yang merupakan revisi dari SNI 03-1725-1989 (Tata Cara Pembebanan Jembatan Jalan Raya).

Untuk merencanakan suatu jembatan dapat secara umum dibagi atas dua macam beban yaitu :

1. Beban Primer :
Beban primer adalah beban utama dalam perhitungan tegangan untuk setiap perencanaan jembatan, mencakup beban mati, beban hidup dan beban kejut.

Beban mati adalah semua muatan yang berasal dari berat sendiri jembatan atau bagian jembatan yang ditinjau, termasuk segala unsur tambahan tetap yang dianggap merupakan satu satuan dengan jembatan (Sumantri, 1989:63).


Untuk bahan-bahan yang belum tersebut di atas, harus diperhitungkan berat isi yang sesungguhnya. Contoh beban mati pada jembatan : berat beton, berat aspal, berat baja, berat pasangan bata, berat plesteran, dll.

Beban Hidup adalah bebanyang berasal dari berat kendaraan-kendaraan bergerak dan/atau pejalan kaki yang sianggap bekerja pada jembatan. Beban hidup pada jembatan yang harus ditinjau dinyatakan dalam dua macam, yaitu T dan D. 

Beban Kejut : Menurut Anonim (1987:10) beban kejut diperhitungkan pengaruh getaran-getaran dari pengaruh dinamis lainnya, tegangan-tegangan akibat beban garis(P) harus dikalikan dengan koefisien kejut. Sedangkan bebanterbagi rata (q)dan beban terpusat (T) tidak dikalikan dengan koefisien kejut. 


2. Beban sekunder :
Beban sekunder adalah beban sementara yang mengakibatkan tegangan – tegangan yang relatif kecil daripada tegangan akibat beban primer dan biasanya tergantung dari bentang, bahan, sistem kontruksi, tipe jembatan dan keadaan setempat, mencangkup beban angin, gaya rem, gaya rangkak dan susut dan gaya akibat perbedaan suhu.

Contoh perhitungan gaya akibat angin
 

Read more...

Perkerasan Jalan Raya

Jalan merupakan suatu elemen pada transportasi yang dijadikan tempat kegiatan pemindahan penumpang dan barang dari suatu tempat ke tempat lain ( Tenriajeng 2012:2). Sedang Perkerasan jalan adalah merupakan lapisan perkerasan yang berada diantara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan yang fungsinya memberikan pelayanan kepada sarana transportasi yang diharapkan pada masa pelayanan tidak terjadi suatu kerusakan yang berarti. Tanah juga harus diuji untuk melihat kemampuannya menampung beban-beban kendaraan, jika perlu, tanah yang lembut akan diganti dengan tanah yang lebih keras. Lapisan tanah ini akan menjadi lapisan dasar.

Definisi Alternatif :

Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan pengikat yang digunakan intuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai adalah batu pecah atau batu belah atau batu kali ataupun bahan lainnya. Bahan ikat yang dipakai adalah aspal, semen ataupun tanah liat. - Wikipedia
Perkerasan jalan adalah bagian yang dari jalan yang dirancang untuk mendukung, dan membentuk permukaan untuk menjalankan lalu lintas kendaraan. - Glossary of Austroads Terms

    Agar tercipta jalan yang aman, nyaman dan memberikan manfaat yang signifikan bagi kesinambungan dan keberlangsungan hidup masyarakat luas dan menjadi salah satu faktor menjadikannya peningkatan kehidupan masyarakat dari beberapa aspek–aspek kehidupan, baik itu ekonomi dan sosial.

   Jika kita mengkaji secara teori dan realita yang sudah berjalan selama ini, dalam pembangunan jalan terdapat banyak hal yang harus diperhatikan lebih detail dan teliti baik itu dari perencanaan jalan itu sendiri maupun pelaksanaannya. Kita sebagai pengguna jalan pastinya menginginkan jalan yang kita pakai itu aman dan nyaman. Maka dari itu kerusakan yang terjadi dijalan harus direncakan, ditanggulangi serta diperbaiki dengan sungguh-sungguh.

   Apapun jenis perkerasan Jalan raya, harus dapat memfasilitasi sejumlah pergerakan lalu lintas, berupa jasa angkutan lalu lintas, jasa angkutan manusia, atau berupa jasa angkutan barang berupa seluruh komoditas yang diijinkan untuk melintas dijalan tersebut. Dengan beragam jenis kendaraan dengan angkutan barangnya, akan memberikan variasi dengan beban ringan, sedang sampai berat. Jenis kendaraan penumpang akan memberikan pula sejumlah variasi. Dan hal itu harus didukung oleh perkerasan jalan, daya dukung perkerasan jalan raya ini akan menentukan klasifikasi jalan yang bersangkutan – lihat Klasifikasi jalan

Berdasarkan bahan ikat perkerasan jalan dibedakan dalam 3 kelompok yaitu :

1. Perkerasan lentur (flexible pavement)
Yaitu perkerasan yang menggunakan bahan ikat berupa aspal, yang bersifat lentur terutama pada saat panas. Perkerasan ini menggunakan Aspal dan agregat yang ditebar dijalan pada suhu tinggi (sekitar 100 0C) sebagai bahan pengikatnya. Perkerasan lentur menyebarkan beban lalu lintas ketanah dasar yang dipadatkan melalui beberapa lapisan yaitu :
Lapisan permukaan
Lapisan Pondasi atas
Lapisan pondasi bawah
Lapisan tanah dasar

2. Perkerasan kaku (rigid pavement)
Yaitu perkerasan yang menggunakan bahan ikat aspal, yang bersifat kaku. Perkerasan kaku berupa plat beton dengan atau tanpa tulangan diatas tanah dasar dengan atau tanpa pondasi bawah. Beban lalu lintas diteruskan keatas plat beton.

3. Perkerasan Komposit (composite payement)
Yaitu perkerasan yang menggunakan kombinasi antara aspal dan semen sebagai bahan pengikatnya yang disusun dalam dua jenis. Perkerasan Komposit merupakan Perkerasan kaku yang dikombinasikan dengan perkerasan lentur diatas perkerasan kaku atau sebaliknya.

Elemen dan Lapis Perkerasan

1. Tanah Dasar ( TD ) atau Subgrade
Subgrade atau disebut juga sebagai tanah dasar. Perkerasan jalan diletakkan diatas tanah dasar dengan demikian secara keseluruhan mutu dan daya konstruki perkerasan tak lepas dari sifat tanah dasar .Daya dukung tanah dasar dapat diperkirakan dengan mempergunakan hasil klasifikasi ataupun pemeriksaan CBR, pembebanan pelat uji dan sebagainya ( Sukirman 1999:17 ).
Lapis ini dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanahnya baik, namun jika kurang baik dapat dilakukan dengan menguruk tanah ataupun membongkar nya.

2. Lapis permukaan ( LP )
Lapis permukaan adalah bagian perkerasan yang paling atas. Fungsi lapis permukaan yang beraspal dapat meliputi :
a. Struktural : berfungsi sebagai pendukung dan penyebar beban kendaraan yang di terimah oleh perkerasan, baik beban vertikal maupun beban horisontal/gaya geser. Untuk persyaratan yang di tuntut ialah kuat, kaku, dan stabil.
b. Nonstruktural : dalam hal ini dapat berbentuk :
Lapis kedap air, mencegah masuknya air kedalam lapisan perkerasan yang terdapat dibawahnya.
menyediakan permukaan yang tetap rata, agar kendaraan dapat berjalan dan memperoleh kenyamanan yng cukup.
Membentuk permukaan yang tidak licin, sehingga tersedia koefisien gesek yang cukup ( skidresistance ), untuk menjamin tesedianya keamanan bagi lalulintas.
Sebagai lapis aus, yaitu lapis yang dapat aus yang selanjutnya dapat di ganti lagi dengan yang baru 

3. Lapis Pondasi ( LPA )
Lapis pondasi merupakan bagian dari perkerasan yang terletak antara lapis permukaan dan lapis pondasi bawah ( atau dengan tanah apabila tidak menggunakan lapis pondasi bawah ).
Funsi lapis ini adalah :
- Lapis pendukung bagi lapis permukaan.
- Memikul beban horisontal dan vertikal
- Lapis peresapan bagi lapis pondsi bawah.

4. Lapis Pondasi Bawah ( LPB )
Lapis pondasi bawah adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis pondasi dan tanah dasar.
Fungsi Lapis ini adalah sebagai berikut :
- Penyebar beban roda.
- Lapis Peresapan
- Lapis Pencegah Masuknya tanah dasar ke lapis pondasi.
- Lapis pertama pada pembuatan perkerasan.


Read more...

Klasifikasi Jalan


Jalan menurut pembentukannya
- Jalan umum : jalan bagi lalu lintas Umum
- Jalan khusus : jalan yang dibangun oleh instansi dan badan usaha. Perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri.
- Jalan Tol : jalan nasional yang penggunaannya bagi umum, yang penggunanya diwajibkan membayar pajak tol

Jalan umum (fungsi) :
1. Jalan Kolektor : jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang dengan kecepatan rata-rata sednng dan jumlah jalan masukdibatasi
2. Jalan Arteri : jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh dengan kecepatan rata-rata tinggi sertajumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.
3. Jalan Lokal : Ruas jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat denan ciri perjalanan jarak dekat dan kecepatan rata-rata rendah serta jalan masuk tidakdibatasi.
4. Jalan Lingkungan : jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan, seperti pejalan jarak dekat dan kecepatan rata-rata rendah.

Jalan umum (status) :
1. Jalan nasional, merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antaribukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol.
2. Jalan provinsi, merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antaribukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
3. Jalan kabupaten, merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak termasuk jalan yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.
4. Jalan kota, adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di dalam kota.
5. Jalan desa, merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antarpermukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.

Jalan umum (kelas) :
1. Jalan Kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih besar dari 10 ton, yang saat ini masih belum digunakan di Indonesia, namun sudah mulai dikembangkan diberbagai negara maju seperti di Perancis telah mencapai muatan sumbu terberat sebesar 13 ton;
2. Jalan Kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 10 ton, jalan kelas ini merupakan jalan yang sesuai untuk angkutan peti kemas;
3. Jalan Kelas III A, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton;
4. Jalan Kelas III B, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton;
5. Jalan Kelas III C, yaitu jalan lokal dan jalan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.




Bagian-bagian jalan :


1. Ruang manfaat jalan
Ruang manfaat jalan meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya.
Ruang manfaat jalan merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi, dan kedalaman tertentu yang ditetapkan oleh penyelenggara jalan yang bersangkutan berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh departemen yang berwenang.
Ruang manfaat jalan hanya diperuntukkan bagi median, pengerasan jalan, jalur pemisah, bahu jalan, saluran tepi jalan, trotoar, lereng, ambang pengaman, timbunan dan galian, gorong-gorong, perlengkapan jalan, dan bangunan pelengkap lainnya.
Trotoar hanya diperuntukkan bagi lalu lintas pejalan kaki, walau pada prakteknya banyak digunakan untuk keperluan lain semisal parkir atau tempat berjualan.
2. Ruang milik jalan
Ruang milik jalan terdiri dari ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan. Ruang milik jalan merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, kedalaman, dan tinggi tertentu. Ruang milik jalan diperuntukkan bagi ruang manfaat jalan, pelebaran jalan, dan penambahan jalur lalu lintas pada masa akan datang serta kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan.
Sejalur tanah tertentu dapat dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai lansekap jalan.

3. Ruang pengawasan jalan
Ruang pengawasan jalan merupakan ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang penggunaannya ada di bawah pengawasan penyelenggara jalan. Ruang pengawasan jalan diperuntukkan bagi pandangan bebas pengemudi dan pengamanan konstruksi jalan serta pengamanan fungsi jalan.
Ruang pengawasan jalan merupakan ruang sepanjang jalan di luar ruang milik jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu.

Dalam hal ruang milik jalan tidak cukup luas, lebar ruang pengawasan jalan ditentukan dari tepi badan jalan paling sedikit dengan ukuran sebagai berikut:
jalan arteri primer 15 (lima belas) meter;
jalan kolektor primer 10 (sepuluh) meter;
jalan lokal primer 7 (tujuh) meter;
jalan lingkungan primer 5 (lima) meter;
jalan arteri sekunder 15 (lima belas) meter;
jalan kolektor sekunder 5 (lima) meter;
jalan lokal sekunder 3 (tiga) meter;
jalan lingkungan sekunder 2 (dua) meter; dan
jembatan 100 (seratus) meter ke arah hilir dan hulu.



Sumber : Wikipedia & Dinas Perhubungan



Jalan Raya Sipil, Teknik Sipil , Civil Engineer , Civil Engineering
Pembangunan , Kuliah Sipil , Pelajaran Teknik Sipil , Vancivil -
Read more...

 

TeknikSipil.NET Copyright © 2018