WEBSITE SEDANG DIKEMBANGKAN

Showing posts with label Konstruksi Jembatan. Show all posts
Showing posts with label Konstruksi Jembatan. Show all posts

Pembebanan Pada Jembatan Jalan Raya


   Peraturan tentang pembebanan jembatan jalan raya di Indonesia telah dikemas dalam peraturan pembebanan jembatan jalan raya tahun 1987 (PPJR 1987). Kemudian 1992 diperbaharui menjadi BMS 1992 yang merupakan hasil kerjasama antara pemerintah Indonesia dengan Australia. Perbedaan antara keduanya yaitu, PPJR 1987 menggunakan konsep tegangan kerja, sedangkan BMS 1992 menggunakan prinsip beban batas, namun BMS 1992 ini merupakan masih suatu konsep.

   Spesifikasi pembebanan yang membahas masalah beban dan aksi-aksi lainnya yang akan digunakan dalam perencanaan jembatan jalan raya termasuk jembatan pejalan kaki dan bangunan-bangunan sekunder yang terkait dengan jembatan adalah Pembebanan untuk Jembatan (RSNI T-02-2005) yang merupakan revisi dari SNI 03-1725-1989 (Tata Cara Pembebanan Jembatan Jalan Raya).

Untuk merencanakan suatu jembatan dapat secara umum dibagi atas dua macam beban yaitu :

1. Beban Primer :
Beban primer adalah beban utama dalam perhitungan tegangan untuk setiap perencanaan jembatan, mencakup beban mati, beban hidup dan beban kejut.

Beban mati adalah semua muatan yang berasal dari berat sendiri jembatan atau bagian jembatan yang ditinjau, termasuk segala unsur tambahan tetap yang dianggap merupakan satu satuan dengan jembatan (Sumantri, 1989:63).


Untuk bahan-bahan yang belum tersebut di atas, harus diperhitungkan berat isi yang sesungguhnya. Contoh beban mati pada jembatan : berat beton, berat aspal, berat baja, berat pasangan bata, berat plesteran, dll.

Beban Hidup adalah bebanyang berasal dari berat kendaraan-kendaraan bergerak dan/atau pejalan kaki yang sianggap bekerja pada jembatan. Beban hidup pada jembatan yang harus ditinjau dinyatakan dalam dua macam, yaitu T dan D. 

Beban Kejut : Menurut Anonim (1987:10) beban kejut diperhitungkan pengaruh getaran-getaran dari pengaruh dinamis lainnya, tegangan-tegangan akibat beban garis(P) harus dikalikan dengan koefisien kejut. Sedangkan bebanterbagi rata (q)dan beban terpusat (T) tidak dikalikan dengan koefisien kejut. 


2. Beban sekunder :
Beban sekunder adalah beban sementara yang mengakibatkan tegangan – tegangan yang relatif kecil daripada tegangan akibat beban primer dan biasanya tergantung dari bentang, bahan, sistem kontruksi, tipe jembatan dan keadaan setempat, mencangkup beban angin, gaya rem, gaya rangkak dan susut dan gaya akibat perbedaan suhu.

Contoh perhitungan gaya akibat angin
 

Read more...

Kumpulan E-book Jembatan


Bagi Mahasiswa Teknik Sipil yang mendalaminya berikut beberapa referensi yang dapat anda download dibawah ini - Kumpulan E-book Jembatan :











    E-book yang dibagikan disini didasari oleh sulitnya mencari buku lama yang asli, bahkan didalam perpustakaan sudah sangat jarang ataupun dari penerbit sudah tidak diterbitkan lagi, tautan ini hanya untuk dijadikan bahan refrensi tugas akhir maupun makalah yang lain bukan untuk diperjual belikan, jika anda mempunyai uang lebih ada baiknya dan sebisa mungkin anda mencari/membeli buku dengan cetakan yang asli atau bisa dicari di aplikasi ipusnas. Ada banyak lagi edisi buku terbaru tentang teknik sipil yang tidak dibagikan karena bisa anda cari di toko-toko buku terdekat. Semoga bermanfaat :)




Read more...

Jembatan



Jembatan adalah suatu struktur yang digunakan rute transportasi untuk meneruskan atau menyebrangi rintangan/jurang, dapat juga sebagai opsi jalan ke arah yang lain.

Bagian Konstruksi Jembatan terdiri dari :1. Bangunan Konstruksi Atas (Superstructures)
• Trotoir : - Sandaran + tiang sandaran
-Peninggian trotoir / kerb
-Konstruksi trotoir
• Lantai kendaraan + perkerasan
• Ikatan melintang
•Ikatan pengaku (ikatan angin, ikatan rem,ikatan tumbukan)
•Balok gelagar
•Perletakan (rol dan sendi)


2. Bangunan Konstruksi Bawah (Substructures) Konstruksi bagian bawah jembatan meliuputi :
1. Pangkal jembatan / abutment + pondasi
2. Pilar / pier + pondasi

Bagian-bagian Pokok Jembatan :
1.Bangunan atas
2.Landasan
3.Bangunan bawah
4.Pondasi
5.Oprit (urugan di belakang abutment)
6.Bangunan pengaman jembatan.

Klasifikasi Jembatan menurut kegunaannya :
1. Jembatan jalan raya (highway brigde)
2. Jembatan pejalan kaki (foot path)
3. Jembatan kereta api (railway brigde)
4. jembatan penyebrangan
5. jembatan jalan air 
6. jembatan militer

Klasifikasi menurut bentuk struktur :
1. Jembatan Gelagar (Girder Bridge)
2. Jembatan Pelengkung (Arch Bridge)
3. Jembatan Rangka (Truss Bridge)
4. Jembatan Portal (Rigid Frame Bridge)
5. Jembatan Gantung (Suspension Bridge)
6. Jembatan Kabel (Cable-Stayed Bridge)

Klasifikasi Jembatan menurut jenis materialnya :
1. jembatan kayu
2. jembatan beton bertulang dan pratekan
3. jembatan baja
4. jembatan komposit (Baja Beton)


Jembatan Beton Bertulang
Kelebihan :
- Awet (jika di bandingkan jembatan kayu)
-‘relative’ tidak memerlukan perawatan kusus
- Harga relative murah dengan umur panjang karena kualitas baik
Kekurangan :
- Konstruksi lebih rumit
- Perlu pengawasan lebih saat pengecoran untuk menjamin kualitas beton
- Kesalahan dalam pengecoran sulit diperbaiki

Jembatan Baja
Kelebihan :
- Tidak dimakan rayap dari pada jembatan kayu
- Kuat tarik tinggi dari pada jembatan Beton & Kayu
- Konstruksi lebih murah dari pada stainless steel
- Lebih Lentur dan Ringan dari pada jembatan beton
Kekurangan :
- Lemah terhadap gaya tekan
- Dapat Berkarat
- Perlu perawatan khusus




Sipil, Teknik Sipil , Civil Engineer , Civil Engineering
Pembangunan , Kuliah Sipil , Pelajaran Teknik Sipil , Vancivil -

Read more...

Jembatan kereta api


Jembatan kereta api sebenarnya memiliki desain yang sama seperti jembatan lainnya. Tetapi factor beban dan ketentuan lain sesuai peraturan jembatan untuk kereta api.

Pembebanan
a. Beban mati






b. Beban Hidup
   Beban hidup yang digunakan adalah beban gandar terbesar sesuai rencana sarana perkereta apian.  Skema pembebanan muatan bias dilihat pada peraturan perkereta apian.
c. Beban Kejut
   Beban kejut diperoleh dengan mengalihkn factor I terhadap beba kereta. Faktor I dapat menggunakan rumus :









d. Beban horizontal
1. Beban sentrifugal : diperoleh dengan mengalikan factor α terhadap beban kereta. Beban bekerja pada pusat gaya berat kereta paa arah tegak lurus rel.
2. Beban Lateral Kereta (Lr) : Beban bekerja pada bagian atas dan tegak lurus rel. besarnya 15 % atau 20% dari beban gandar.









3. Pengereman dan traksi : sebesar 25 % dari beban kereta bekerja pada pusat gaya berat kereta kearah rel (secara longitudinal).
4. Beban Rel Panjang Longitudinal (Lf) = 10kN/m atau maksimum 2000kN
5. Beban angin
Beban angin bekerja tegak lurus rel, secara horizontal, tipikal nilainya yaitu :
3,0 kN/m2 pada areal proyeksi vertical jembatan tanpa kereta diatasnya. Namun 2,0 kN/m2 pada areal proyeksi rangka batang pada arah datangnya angina tidak termasuk areal system lantai.
1,5 kN/m2 pada areal kereta dan jembatan dengan kereta diatasnya, pegecualian 1.2 kN/m2 untuk jembatan selain gelagar atau komposit sedangkan 0,8 kN/m2 untuk areal proyeksi rangka batang pada arah datangnta angin.
6. Beban gempa
Sesuai peraturan gempa yang berlaku pada RSNI T02-2005

e. Lendutan

























Jembatan
Jembatan Kereta Api
Bridge Train
Bridg Sipil, Teknik Sipil , Civil Engineer , Civil Engineering
Pembangunan , Kuliah Sipil , Pelajaran Teknik Sipil , Vancivil -
Read more...

 

TeknikSipil.NET Copyright © 2018