Butiran mineral yang membentuk fase padat dari ageregat padat adalah hasil dari pelapukan batuan akibat cuaca. Banyak dari sifat fisika dari bebatuan dibedakan berdasarkan ukuran, bentuk, dan komponen kimanya.
Terdapat tipe dasar dari bebatuan yang terbentuk dari kerak bumi, batuan mineral, dan akibat proses cuaca. Batuan umumnya dibagi menjadi 3 tipe; (1)Vulkanik, (2) Sedimen, dan (3) Metamorf.
1. BATUAN VULKANIK
Merupakan batuan yang terbentuk dari pemadatan magma yang keluar dari perut bumi. Setelah terjadinya “erupsi vulkanik” sebagian dari magma mendingin. Adapun magma yang mendingin ketika mengalir disebut “plutons’. Bowen (1992) menjelaskan hubungan antara pendinginan magma terhadap formasi perbedaan tipe batuan yang kemudian disebut “Prisip Reaksi Bowen”yang menjelaskan tentang mineral-mineral baru yang terbentuk dari magma yang mendingin. Bowen mengkasifikasikan reaksi tersebut menjadi dua bagian: 1) discontinous ferromagnesian magnesion series; 2) continous plagioclase feldspar reaction series.
Akibat Cuaca
Weathering merupakan proses pemecahan batuan menjadi batuan yang lebih kecil akibat proses mekanik dan kimia. Proses mekanik dapat terjadi melalui banyak hal, semisal perubahan suhu yang drastis, pengkikisan air laut, angin, dan lain sebagainya. Proses kimia dapat terjadi melalui banyak hal pula, semisal karena hujan asam, karbon dioksida, kadar garam air laut, dan lain sebagainya. Terdapat 3 jenis mineral tanah liat yang penting: 1) kaolinite; 2) illite; 3) montmorillonite
Transportasi dari Pelapukan Produk (Transportation of Weathering Products)
Hasil dari pelapukan dapat berada di suatu tempat atau dapat bergerak ke tempat yang lain melalui es, air, angin, dan gravitasi. Tanah terbentuk dari hasil pelapukan di tempat tersebut yang disebut residual soil atau tanah residual. Karakter yang penting dari tanah residual adalah gradasi ukuran partikel.
Tanah yang terangkut diklasifikasikan dalam beberapa kelompok, tergantung dari proses terangkut dan pengendapannya:
1. Glacial soil ( terbentuk dari tanah yang terbawa dan mengendap oleh gletser )
2. Alluvial soil ( terbawa oleh aliran air dan mengendap sepanjang sungai )
3. Lacustrine soil ( terbentuk dari endapan di danau yang tenang )
4. Marine soil ( terbentuk dari endapan di laut )
5. Aeolian soils ( terangkut dan mengendap oleh angin )
6. Colluvial soils ( terbentuk oleh gerakan tanah dari tempat aslinya yang di sebabkan gravitasi, seperti saat tanah longsor)
2. BATUAN SEDIMEN
• Endapan dari batuan, pasir, lanau, dan lempung terbentuk oleh pelapukan yang terpadatkan oleh tekanan yang membebani dan di perkuat dengan zat seperti oksida besi, kalsit, dolomit dan kuarsa. Zat penguat umumnya terlarut dalam air tanah. Mereka mengisi rongga-rongga antar partikel dan membetuk batuan sedimen.
• Terbentuknya batuan ini disebut batuan sedimen detrital. Batuan konglomerat, breksi, batuan pasir, batuan lumpur, dan shale merupakan beberapa contoh dari batuan tersebut.
• Batuan sedimen juga dapat terbentuk oleh proses kimia. Batuan dari tipe ini diklasifikasikan sebagai batuan sedimen kimia :
1) Batuan limestone, kebanyakan terbentuk dari kalsium karbonat yang berasal dari kalsit yang tersimpan dalam proses organisme atau proses anorganik
2) Batuan dolomite terbentuk dari kalsium magnesium karbonat [CaMg(CO3)2]. Salah satu proses terbentuknya dolomite oleh endapan zat kimia yang tercampur dengan karbonat atau melalui reaksi dari magnesium di dalam air dengan limestone.
3) Gypsum dan anhydrite adalah hasil terbentuknya pengendapan larutan CaSO4 karena penguapan air laut. Mereka termasuk batuan yang umunya disebut evaporites. Batuan pasir (NaCl) adalah contoh lain dari evaporite yang berasal dari endapan garam air laut
1. BATUAN VULKANIK
Merupakan batuan yang terbentuk dari pemadatan magma yang keluar dari perut bumi. Setelah terjadinya “erupsi vulkanik” sebagian dari magma mendingin. Adapun magma yang mendingin ketika mengalir disebut “plutons’. Bowen (1992) menjelaskan hubungan antara pendinginan magma terhadap formasi perbedaan tipe batuan yang kemudian disebut “Prisip Reaksi Bowen”yang menjelaskan tentang mineral-mineral baru yang terbentuk dari magma yang mendingin. Bowen mengkasifikasikan reaksi tersebut menjadi dua bagian: 1) discontinous ferromagnesian magnesion series; 2) continous plagioclase feldspar reaction series.
Akibat Cuaca
Weathering merupakan proses pemecahan batuan menjadi batuan yang lebih kecil akibat proses mekanik dan kimia. Proses mekanik dapat terjadi melalui banyak hal, semisal perubahan suhu yang drastis, pengkikisan air laut, angin, dan lain sebagainya. Proses kimia dapat terjadi melalui banyak hal pula, semisal karena hujan asam, karbon dioksida, kadar garam air laut, dan lain sebagainya. Terdapat 3 jenis mineral tanah liat yang penting: 1) kaolinite; 2) illite; 3) montmorillonite
Transportasi dari Pelapukan Produk (Transportation of Weathering Products)
Hasil dari pelapukan dapat berada di suatu tempat atau dapat bergerak ke tempat yang lain melalui es, air, angin, dan gravitasi. Tanah terbentuk dari hasil pelapukan di tempat tersebut yang disebut residual soil atau tanah residual. Karakter yang penting dari tanah residual adalah gradasi ukuran partikel.
Tanah yang terangkut diklasifikasikan dalam beberapa kelompok, tergantung dari proses terangkut dan pengendapannya:
1. Glacial soil ( terbentuk dari tanah yang terbawa dan mengendap oleh gletser )
2. Alluvial soil ( terbawa oleh aliran air dan mengendap sepanjang sungai )
3. Lacustrine soil ( terbentuk dari endapan di danau yang tenang )
4. Marine soil ( terbentuk dari endapan di laut )
5. Aeolian soils ( terangkut dan mengendap oleh angin )
6. Colluvial soils ( terbentuk oleh gerakan tanah dari tempat aslinya yang di sebabkan gravitasi, seperti saat tanah longsor)
2. BATUAN SEDIMEN
• Endapan dari batuan, pasir, lanau, dan lempung terbentuk oleh pelapukan yang terpadatkan oleh tekanan yang membebani dan di perkuat dengan zat seperti oksida besi, kalsit, dolomit dan kuarsa. Zat penguat umumnya terlarut dalam air tanah. Mereka mengisi rongga-rongga antar partikel dan membetuk batuan sedimen.
• Terbentuknya batuan ini disebut batuan sedimen detrital. Batuan konglomerat, breksi, batuan pasir, batuan lumpur, dan shale merupakan beberapa contoh dari batuan tersebut.
• Batuan sedimen juga dapat terbentuk oleh proses kimia. Batuan dari tipe ini diklasifikasikan sebagai batuan sedimen kimia :
1) Batuan limestone, kebanyakan terbentuk dari kalsium karbonat yang berasal dari kalsit yang tersimpan dalam proses organisme atau proses anorganik
2) Batuan dolomite terbentuk dari kalsium magnesium karbonat [CaMg(CO3)2]. Salah satu proses terbentuknya dolomite oleh endapan zat kimia yang tercampur dengan karbonat atau melalui reaksi dari magnesium di dalam air dengan limestone.
3) Gypsum dan anhydrite adalah hasil terbentuknya pengendapan larutan CaSO4 karena penguapan air laut. Mereka termasuk batuan yang umunya disebut evaporites. Batuan pasir (NaCl) adalah contoh lain dari evaporite yang berasal dari endapan garam air laut
Batuan sedimen mengalami pelapukan untuk menjadi sedimen atau mengalami proses metamorfosis untuk menjadi batuan metamorf.
3. BATUAN METAMORF
Metamorfosis merupakan proses beralihnya komposisi dan tekstur batuan , dengan mengeluarkan cairan karena panas dan tekanan. Selama proses metamorfosis, mineral baru terbentuk dan butirn mineral terpotong untuk memberi tekstur pada batuan metamorf.
Contoh batuan metamorf :
- Batuan granit, diorit, dan gabbro menjadi tipe metomorfosis yang bermutu tinggi.
- Batuan serpih dan batuan lumpur berubah menjadi batuan sabak dan phillites dengan metamorfosis mutu rendah.
- Batuan sekis adalh tipe dari batuan metamorf dengan tekstur yang baik dan terlihat seperti serpihan mineral dari mika.
- Batuan marbel terbentuk dari kalsit dan dolomit karena re-kristalisasi. Butiran mineral dalam batuan marbel lebih besar daripada yang terdapat pada batuan asli.
- Batuan kuarsit adalah batuan metamorf yang terbentuk dari batu pasir yang kaya kuarsa. Batuan kuarsit juga merupakan salah satu dari batuan yang keras.
KLASIFIKASI TANAH
3. BATUAN METAMORF
Metamorfosis merupakan proses beralihnya komposisi dan tekstur batuan , dengan mengeluarkan cairan karena panas dan tekanan. Selama proses metamorfosis, mineral baru terbentuk dan butirn mineral terpotong untuk memberi tekstur pada batuan metamorf.
Contoh batuan metamorf :
- Batuan granit, diorit, dan gabbro menjadi tipe metomorfosis yang bermutu tinggi.
- Batuan serpih dan batuan lumpur berubah menjadi batuan sabak dan phillites dengan metamorfosis mutu rendah.
- Batuan sekis adalh tipe dari batuan metamorf dengan tekstur yang baik dan terlihat seperti serpihan mineral dari mika.
- Batuan marbel terbentuk dari kalsit dan dolomit karena re-kristalisasi. Butiran mineral dalam batuan marbel lebih besar daripada yang terdapat pada batuan asli.
- Batuan kuarsit adalah batuan metamorf yang terbentuk dari batu pasir yang kaya kuarsa. Batuan kuarsit juga merupakan salah satu dari batuan yang keras.
KLASIFIKASI TANAH
Klasifikasi tanah dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Klasifikasi Alami
Didasarkan atas sifat tanah yg dimiliki tanpa menghubungkan dg tujuan penggunaan tanah tersebut.
2. Klasifikasi Teknis
Didasarkan atas sifat tanah yg dimiliki tanpa menghubungkan dg tujuan penggunaan tanah tersebut.
2. Klasifikasi Teknis
Didasarkan pada sifat-sifat tanah yang mempengaruhi kemampuan tanah untuk penggunaan-penggunaan tertentu.
Sistem Klasifikasi Tanah yang ideal mampu mengelompokkan tanah dalam satu kelas yang
Isogenus : Tanah yang mempunyai genesis sama
Sistem Klasifikasi Tanah yang ideal mampu mengelompokkan tanah dalam satu kelas yang
Isogenus : Tanah yang mempunyai genesis sama
Isomorf : Tanah yang mempunyai kenampakan yg sama
Isofungsi : Tanah yang mempunyai fungsi sama dalam lingk.
Isotropik : Tanah yang mempunyai lokasi yang sama
Klasifikasi Tanah Indonesia
(Dudal dan Supraptoharjo 1957, 1961 dan Pusat Penelitian Tanah (PPT)–Bogor 1982)
Sistem klasifikasi tanah yang dibuat oleh Pusat Penelitian Tanah (PPT) Bogor tahun 1982 merupakan pengembangan dan modifikasi dari sistem klasifikasi tanah yang dibuat oleh Dudal Dan Supraptoharjo tahun 1957 dan 1961, yang digunakan untuk keperluan survey tanah di Indonesia. Sistem ini mirip dengan sistem klasifikasi Amerika Serikat tahun 1937 serta sistem Thorp dan Smith tahun 1949. Modifikasi sistem klasifikasi tanah Indonesia juga dilakukan setelah dikeluarkannya sistem klasifikasi tanah FAO/UNESCO pada tahun 1974.
Dasar-dasar klasifikasi tanah yang dibuat oleh Dudal dan Supraptoharjo :
Isofungsi : Tanah yang mempunyai fungsi sama dalam lingk.
Isotropik : Tanah yang mempunyai lokasi yang sama
Klasifikasi Tanah Indonesia
(Dudal dan Supraptoharjo 1957, 1961 dan Pusat Penelitian Tanah (PPT)–Bogor 1982)
Sistem klasifikasi tanah yang dibuat oleh Pusat Penelitian Tanah (PPT) Bogor tahun 1982 merupakan pengembangan dan modifikasi dari sistem klasifikasi tanah yang dibuat oleh Dudal Dan Supraptoharjo tahun 1957 dan 1961, yang digunakan untuk keperluan survey tanah di Indonesia. Sistem ini mirip dengan sistem klasifikasi Amerika Serikat tahun 1937 serta sistem Thorp dan Smith tahun 1949. Modifikasi sistem klasifikasi tanah Indonesia juga dilakukan setelah dikeluarkannya sistem klasifikasi tanah FAO/UNESCO pada tahun 1974.
Dasar-dasar klasifikasi tanah yang dibuat oleh Dudal dan Supraptoharjo :
1. Morfologi tanah merupakan kriteria untuk pengklasifikasian tanah
2. klasifikasi tanah dilakukan pada kategori yang berbeda-beda
2. klasifikasi tanah dilakukan pada kategori yang berbeda-beda
3. klasifikasi tanah harus dikaitkan dengan keperluan survey tanah,
4. dilakukannya korelasi yang sistematik dan berkelanjutan antara klasifikasi tanah dan survey tanah.
Pada sistem klasifikasi tanah tahun 1957 terdapat 13 tanah dan 1961 terdapat 19 jenis tanah di Indonesia. Tanah dibedakan atasada atau tidaknya terjadi perkembangan profil tanah, susunan horison utama, berdasarkan warna, dan sifat fisik utama tanah (tekstur) pada kedalam ± 50 cm. Kategori yang digunakan adalah (1) Golongan, (2) Kumpulan, (3) Jenis, (4) Macam, (5) Rupa dan (6) Seri.
Jenis tanah menurut Dudal dan Suparaptoharjo (1957) terdiri dari:
1 | Latosol | 8 | Hidrosol |
2 | Andosol | 9 | Calcisol |
3 | Podsolik Merah Kuning | 10 | Regosol |
4 | Mediteran Merah Kuning | 11 | Litosol |
5 | Regur | 12 | Aluvial |
6 | Podsol | 13 | Tanah Organik |
7 | Tanah Sawah |
Sedangkan Dalam sistem klasifikasi tanah PPT-Bogor dikenal 20 golongan tanah yaitu:
1 | Organosol | 11 | Andosol |
2 | Litosol | 12 | Latosol |
3 | Ranker | 13 | Brunizem |
4 | Rendzina | 14 | Kambisol |
5 | Grumosol | 15 | Nitosol |
6 | Gleisol | 16 | Podsolik |
7 | Aluvial | 17 | Mediteran |
8 | Regosol | 18 | Planosol |
9 | Koluvial | 19 | Podsol |
10 | Arenosol | 20 | Oksisol |
No. | Sistem Dudal- Soepraptohardjo (1956-1961) | Modifikasi 1978/1982 (PPT) | FAO/UNESCO (1974) | USDA Soil Taxonomy (1975) |
1 | Tanah Aluvial | Tanah Aluvial | Fluvisol | Entisol |
2 | Andosol | Andosol | Andosol | Inceptisol |
3 | Brown Forest Soil | Kambisol | Cambisol | Andisol |
4 | Grumusol | Grumusol | Vertisol | Inceptisol |
5 | Latosol | Kambiosol | Cambisol | Vertisol |
Latosol | Nitosol | Inceptisol | ||
Lateritik | Ferralsol | Ultisol | ||
6 | Litosol | Litosol | Litosol | Entisol |
7 | Mediteran | Mediteran | Luvisol | Alfisol/Inceptisol |
8 | Organosol | Organosol | Histosol | Histosol |
9 | Podsol | Podsol | Podsol | Spodosol |
10 | Podsol Merah Kuning | Podsolik | Acrisol | Ultisol |
11 | Podsol Coklat | Kambisol | Cambisol | Inceptisol |
12 | Podsol Coklat Kekelabuan | Podsolik | Acrisol | Ultisol |
13 | Regosol | Regosol | Regosol | Entisol/Inceptisol |
14 | Renzina | Renzina | Renzina | Rendoll |
15 | - | Ranker | Ranker | - |
16 | Tanah-tanah Berglei | Gleisol | Greysol | Aquic Sub ordo |
Glei Humus | Gleisol Humik | Inceptisol (Aquept) | ||
Glei Humus Rendah | Gleisol | Inceptisol (Aquept) | ||
Hidromorf | Podsolik | Gleyic | Ultisol | |
Kelabu | Gleiik | Acrisol | (Aquult) | |
Aluvial Hidromorf | Gleisol Hidrik | Inceptisol (Aquept) | ||
17 | Planosol | Planosol | Inceptisol (Aqupt) |