Penjelasan Perbedaan Antara Diskontinu dan Kontinu Pada Deret Bowen
Apa itu Deret Bowen? Siapa kah Bowen itu? Lalu, apakah yang dimaksud diskontinu dan kontinu? Lalu apa hubungannya dengan geologi?
Quartz Crystal Sketch |
Pada tahun 1922 seorang ahli yang bernama Novan Levi Bowen melakukan penelitian tentang proses kristalisasi magma beserta urutannya. Penelitian beliau sering disebut "Deret Bowen" dimana memiliki hasil yang menunjukan bahwa beberapa mineral akan mengkristal pertama kali lalu sesuai dengan pengurangan suhu dan temperatur dan tekanan, maka mineral lain ikut mengkristal. Deret Bowen menjelaskan mengenai proses pembentukan mineral.
Berdasarkan penelitian deret bowen tersebut dibagi menjadi dua proses, yaitu dinkontinu dan kontinu.
1. Deret dikontinu merupakan pembentukan dari olivine, piroksen, amfibol, dan biotit. Pada deret ini satu mineral atas dengan mineral bawahnya tidak terdapat hubungan dalam pembentukan mineral tersebut. Mineral satu dapat berubah menjadi mineral lain pada suatu suhu (penurunan suhu) tertentu karena adanya reaksi terhadap sisa larutan magma.
2. Deret kontinu merupakan pembentukan dari feldspar plagioklas. Pada deret ini feldspar plagioklas terdiri dari mineral anortit, bitownit, labradorit, andesit, oligoklas, dan albit. Mineral atas dengan mineral bawahnya terdapat hubungan dengan penambahan atau pengurangan dari Kalsium (Ca) dan Natrium (Na).
Deret Bowen membagi menjadi dua mineral utama pembentukan batuan, seperti:
1.Mineral Mafic merupakan mineral-mineral utama pembentuk batuan yang berwarna gelap karena banyak mengandung magnesium dan ferrum. Contoh: biotit, amfibol, piroksen, olivin.
2. Mineral Felsic merupakan mineral-mineral utama pembentuk batuan yang berwarna terang karena banyak mengandung feldspar + lenad (mineral-mineral feldsparthoid) + silika. Contoh: kuarsa, muskovit, kalium feldspar, plagioklas.
Penjelasan Perbedaan Antara Diskontinu dan Kontinu Pada Deret Bowen
Terdapat tiga proses pembekuan magma menjadi batuan beku, yaitu:
1. Diferensiasi magma merupakan proses pembekuan magma yang bersifat relatif homogen lalu kemudian terpecah menjadi beberapa komposisi yang berbeda-beda karena perbedaan temperatur dan tekanan. Saat magma mengalami penurunan temperatur dan tekanan, mineral dengan titik lebur yang tinggi akan mengkristal lebih dahulu, sementara magma yang belum mencapai titik leburnya akan terus naik ke permukaan hingga mencapi termperatur dan tekanan yang sesuai lalu membeku.
2. Asimilasi magma merupakan proses pembekuan magma karena terjadi interaksi dengan batuan sampingnya lalu terjadi reaksi dan pelarutan dari batuan samping tersebut sehingga komposisi magma berubah.
3. Pencampuran magma (mixing) merupakan proses pembekuan magma magma yang memiliki komposisi yang berbeda lalu bercampur menjadi satu magma dengan komposisi yang sudah bercampur.
Penjelasan Perbedaan Antara Diskontinu dan Kontinu Pada Deret Bowen
Berikut merupakan urutan pembekuan magma berdasarkan temperaturnya:
1. Tahap Orthomagmatik merupakan pembekuan magma dengan temperatur > 800o C.
2. Tahap Pegmatitik merupakan pembekuan magma dengan temperatur 600o C - 800o C.
3. Tahap Pneumatolitik merupakan pembekuan magma dengan temperatur 400o C - 600o C.
4. Tahap Hydrothermal merupakan pembekuan magma dengan temperatur 100o C - 400o C, merupakan larutan sisa yang kaya akan gas dan cairan.
Deret Bowen ini merupakan dasar penamaan batuan beku. Kita dapat melihat jenis mineralnya, jenis plagioklas, termasuk mafic atau felsic, dan lain sebagainya.
Daftar Artikel:
- Geoteknik
- Geologi Teknik Sebagai Kekuatan dan Kelemahan Geologi
- Batuan vs Tanah, Tidak serupa Tetapi Berhubungan
- Klasifikasi dan Deskripsi Tanah
Disini saya juga masih belajar mengenai geologi yang saya sharing kan dari apa yang sudah saya dapat di bangku perkuliahan. Kritik, saran, dan koreksi sangat saya hargai dan saya sangat berterima kasih. Terima kasih sudah mau merelakan waktunya untuk membaca blog saya yang sederhana ini. Sekian artikel saya mengenai Penjelasan Perbedaan Antara Diskontinu dan Kontinu Pada Deret Bowen.
Sumber: Buku Responsi 2009, 2010, dan bahan ajar selama kuliah